Jumat, 01 Mei 2009

PENGENALAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH

TUGAS PENGENALAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH

Lahan Basah di Desa Tungkaran Kecamatan Martapura

Lahan basah didefinisikan sebagai suatu daerah payau, gambut dan perairan yang alami maupun buatan, lahan tetap maupun sementara dengan perairannya yang mengalir atau tergenang, tawar, agak asin maupun asin dan termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut. Fungsi wetland antara lain sebagai pengendali banjir, sebagai sumber mata air, berperan penting dalam pengelolaan gas rumah kaca (terutama karbon dioksida) dan penyangga dampak perubahan iklim, menjaga keanekaragaman hayati, sebagai tempat pariwisata dan rekreasi karena keindahan alam serta keanekaragaman tumbuh-tumbuhannya. Selain itu Wetlands memberikan berbagai manfaat kepada manusia lainnya dalam bentuk produk yang dapat dimanfaatkan untuk manusia gunakan. Kisaran besar adalah: buah-buahan, ikan, kerang, rusa, daging buaya dan lainnya, Resins, kayu untuk bangunan, fuelwood, reeds untuk thatching dan tenun, makanan untuk hewan, dll.

Salah satu lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan yaitu lahan basah yang terdapat di Desa Tungkaran Kota Martapura Provinsi Kalimantan Selatan. Desa ini terletak pada koordinat dengan garis Lintang Selatan 30 37’ 22, 8” dan Lintang Utara 1140 42’ 09, 2”. Jenis lahan basah yang terdapat di desa ini berupa daerah rawa yaitu tanah yang rendah dan digenangi air dan biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Penggenangan air di rawa dapat bersifat musiman ataupun permanen.

Desa Tungkaram Kabupaten Banjar merupakan salah satu desa yang cukup berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya rumah-rumah penduduk yang berada di desa tersebut. Selain itu, di desa Tungkaran juga terdapat pembudidayaan ikan atau tambak ikan yang cukup banyak. Sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Dari hasil survei yang kami lakukan di desa Tungkaran tersebut terdapat suatu wilayah lahan basah terbuka yang berbentuk rawa. Di daerah ini terdapat berbagai macam tanaman yang dapat tumbuh di satu tempat, antara lain :

1.Teratai rawa (Nymphaea lotus)

Teratai dibudidayakan di perairan dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Tanaman air ini tumbuh tegak. Dengan rimpang yang tebal dan bersisik, serta tumbuh menjalar. Daun dan bunga keluar langsung dari rimpangnya yang terikat pada lumpur di dasar kolam atau rawa. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan.

2. Eceng Gondok ( Eichhornia crassipes)

Eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium dan berperan dalam menangkap polutan logam berat dan residu pestisida.

3. Purun tikus (Eleocharis dulcis)

Purun tikus merupakan tumbuhan khas lahan rawa yang banyak ditemui pada tanah sulfat masam dengan tipe tanah lempung atau humus. Tanaman purun tikus ini dapat dikatakan bersifat spesifik lahan sulfat asam karena sifatnya yang tahan terhadap keasaman tinggi (pH 2,5-3,5). Oleh sebab hal tersebut, tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah sulfat asam.

Menurut hasil pengamatan yang telah saya lakukan di daerah tersebut maka saya dapat mengetahui bahwa ternyata tanaman Eceng gondok dapat mempercepat pendangkalan danau atau pun sungai yang dihuninya. Lumpur yang tersangkut di akar tanaman terapung itu ditambah dengan penguapan di permukaan yang dipercepat akan mengakibatkan air menipis. Jadi, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju penyerapan air yang dilakukan oleh enceng gondok adalah jumlah enceng gondok, volume air yang ada di daerah rawa tersebut dan waktu.

Dalam hal ini kita dapat menggunakan perhitungan dengan model matematika dengan persamaan :

Volume rawa = Volume awal – Volume yang diserap enceng gondok

Volume yang diserap enceng gondok = Jumlah enceng gondok . Waktu

Volume rawa = Volume awal – Jumlah enceng gondok . Waktu

Vr = Va – Vs

Vs = a . b . y

Vr = Va – (a . b. y)

Keterangan ;

Vr = Volume rawa

Va = volume awal

Vs = Volume yang diserap enceng gondok

a = jumlah enceng gondok

b = lamanya waktu

y = jumlah volume air yang diserap enceng gondok per batang per minggu

Tabel Pengamatan Penyerapan Air oleh Enceng Gondok







Va (L) Vs = a.b. y(L) Vr (L)

1000000 1000.1.1 999000

1000000 1000.2.1 999000

1000000 1000.3.1 999000

1000000 1000.4.1 999000

Jadi , dalam waktu 1 minggu dapat diperkirakan enceng gondok dapat menyerap air di rawa sebanyak 1000 L per 1000 batang enceng gondok atau 1 L per minggu per batangnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwaJadi , dalam waktu 1 minggu dapat diperkirakan enceng gondok dapat menyerap air di rawa sebanyak 1000 L per 1000 batang enceng gondok atau 1 L per minggu per batangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam waktu 1000 minggu atau 250 bulan, air dalam rawa tersebut akan habis jika tidak ada air hujan yang turun. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi karena siklus air di muka bumi selalu menyebabkan volume air di bumi tetap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar