Jumat, 26 Juni 2009

PRAKTIKUM PLLB DI LOKSADO DAN RAWA BANGKAU

Kawasan Indonesia sangat kaya akan daerah lahan basah, khususnya daerah Kalimantan Selatan. Untuk itu kami mahasiswa dari Fakultas MIPA Banjarbaru melakukan observasi di dearah Loksado dan Nagara untuk mengamati keadaan Sungai Amandit dan Sungai Nagara. serta rawa bangkau. Pengamatan pertama dilakukan di sekitar Sungai Nagara dengan melakukan observasi terhadap masyarakat sekitar tentang kebutuhan dasar mereka sehari-hari. Lalu mengitari Sungai Nagara dengan menaiki kapal dan menuju kalangan kerbau rawa yang ada di sana yaitu rawa bangkau. Kondisi sungainya yaitu airnya berwarna coklat.Di sepanjang sungai kami melihat banyak rumah penduduk yang cukup padat dengan aktivitas-aktivitasnya yang dilakukan di sungai tersebut. Mulai dari rutinitas MCK dan mencari ikan hingga anak-anak yang bermain-main di sana dan lain-lain. Aktivitas mencari ikan dilakukan setiap hari karena mata pencaharian penduduk disana adalah nelayan dan sopir kelotok dan sebagian lagi adalah petani semangka. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat yang telah kehilangan pekerjaan sebelumnya yaitu mengelola pabrik kayu yang dinamakan bangsau.


Di sana kita juga dapat melihat enceng gondok yang sengaja dikumpulkan di tepi sungai untuk memancing ikan agar berkumpul di bawahnya yang kemudian akan dijaring jika ikan-ikannya sudah bergerombol. Inilah salah satu pemanfaatan enceng gondok oleh penduduk setempat. Setelah sampai di kalang, dapat kita jumpai kerbau-kerbau rawa yang dapat berenang di air. Kondisi airnya berwarna hitam akibat tanah gambut yang naik ke permukaan,berbau akibaat kotoran,warna tumbuhan hijau tua karena mengalami fotosintesis secara langsung. Saat ini terdapat sekitar 500 ekor kerbau di rawa itu. Padahal pada tahun 1980, jumlah kerbau yang ada di sana sekitar 15000 ekor. Jumlah kerbau yang menurun drastis itu disebabkan tidak ada lagi makanan yang disukai kerbau rawa yaitu kumpai padi hiung karena adanya blooming pertumbuhan enceng gondok yang telah mendominasi. Pertumbuhan enceng gondok memang sangat menghambat berbagai populasi lain jika tidak dikelola dengan benar. Selain itu, keberadaan enceng gondok yang terlalu banyak dapat menghambat transportasi di sungai dan dapat menyebabkan pendangkalan air sungai jika populasinya terus memblooming. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik dengan cara memanfaatkan enceng gondok sebagai habitat ikan untuk menangkap ikan seperti yang dilakukan penduduk sekitar, membuatnya menjadi kerajinan tangan sehingga akan menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Dengan begitu, populasi enceng gondok yang membloomimg dapat teratasi dan kita dapat mengembangbiakkan populasi kumpai padi hiung dengan perbandingan populasi yang seimbang sehingga dapat meningkatkan produksi kerbau rawa dan meningkatkan penghasilan masyarakat.


Observasi selanjutnya dilakukan di Sungai Amandit di Loksado yang berada 60 km dari kota Kandangan, ibukota kabupatan Hulu Sungai Selatan (HSS) atau 195 km dari Banjarmasin. Kawasan Loksado memiliki hutan primer banyak ditumbuhi pepohonan dan kayu-kayuan yang beraneka ragam. Jenis pohon yang tumbuh di wilayah ini adalah Meranti, Sungkai, Ulin, Karet, Kayu manis dan jenis pohon buah-buahan serta aneka jenis pohon yang dapat dijadikan obat-obatan bagi penduduk sekitar sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh berobat ke kota. Di dalam hutan juga hidup berbagai satwa, seperti: Kijang, Kancil, Babi, aneka jenis kera termasuk Bekantan, Satwa Melata dan jenis burung, seperti: Raja Udang, Enggang, Ayam, Hutan dll.


Tidak hanya itu saja, dari segi tradisi dan budaya juga terdapat acara adat dari suku dayak Loksado yang bernama aruh ganal yang diadakan setiap tahun. Acara tersebut diadakan untuk menyuri anugerah Tuhan atas hasil panen. Keadaan Loksado memang masih cukup terlaga dan lestari. Namun diharapkan keseriusan oleh pemerintah provinsi ini tidak hanya sebatas ini, melainkan terus berkelanjutan agar obyek wisata di Kalimantan Selatan terus terjaga kelestariannya.

Di Loksado, kami melakukan perhitungan pada debit air. Selain sungai Loksado juga melakukan praktikum di air terjun Tanuhi.
Perhitungan debit dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu lebar sungai, arus sungai, serta jari-jari pada flowmeter dan kedalaman pada sungai. Pada perhitungan kedalaman sungai dihitung dari pinggir sunai yang dangkal, perhiungan dilakuakan per 150 cm.berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa lebar sungai adalah 15,7 m dan luas (A) yang dihitung dari engalikan hasil lebar sungai tiap 150 cm diperoleh hasilnya sebesar 54900cm2 . Debit air dapat dihitung dengan cara mengkalikan kecepatan arus(V) per waktu dengan Luas(A). Kecepatan arus per detik(V) di sungai diperoleh sebesar 4,09 putaran/detik, Sehingga diperoleh hasilnya
= V x A
= 4,09 putaran/detik x 54900cm2
= 224.541 putaran cm2/detik

Dari perhitungan ini dapat diketahui potensi pemanfaatan sungai Loksado yang memiliki aliran sungai yang cukup deras. Selain pemanfaatan sungai dan keindahan alamnya sebagai sarana rekreasi juga dapat diteliti kembali potensi apa lagi yang dapat dimanfaatkan Loksado memiliki potensi yang tidak kalah besar dibandingkan degan rawa Bangkau yang kami datangi sebelumnya. Sungai yang memiliki arus seperti Loksado dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik atau sebagai sumber tenaga alternatife yang dapat berguna bagi warga masyarakat setempat.

Jumat, 08 Mei 2009

Soal:

1.Siklus Karbon dilahan basah terkumpul dibagian tumbuhan atas (tegakan),akar dan tanah. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa biomassa tegakan sebanyak 1Mton per hektar. Sedangkan perbandingan komposisi carbon pada tegakan,akar,dan tanah adalah 3 : 0,5 : 21,5. dari 50% biomassa. Maka 1 juta hektar lahan gambut yang akan dikonversi menjadi menjadi lahan peertanian akan melarutkan 47% carbon ke perairan dan sisanya diemisikan dalam bentuk CO2 ke udara melalui teknik pembakaran lahan. Carbon terlarut digunakan untuk menyuburkan perairan sehingga menghasilkan blooming fitoplankton yang membebaskan 50% CO2 dari hasil respirasi. Berapa kontribusi lahan basah tersebut dalam memperkaya gas rumah kaca.

2. Pegunungan Meratus sebagai reservoir Kalimantan Selatan. Mengalirkan air sebanyak 500 juta m3 air perbulan melalui 5 daerah aliran sungai, Tabalong, Batang Alai, Amandit, Riam Kiwa dan Riam Kanan. Presipitasi sepanjang tahun kurang lebih 12 x 109 m3. Aquifer yang terdapat di daerah aliran sungai (DAS) tersebut diatas kurang lebih 10% dan 20% tersimpan menjadi air tanah. Berapa banyak air yang kembali teerlepas melalui peristiwa evaforasi dan evavotranspirasi(jika perbandingan keduanya adalah 3:1).

3. Buat model matematis dengan mempertimbangkan bagian-bagian proses sebagai variabel–variabel matematis dari soal no.1 dan soal no.2.


Jawab:

1.Biomassa tegakan = 1 . 106 x 1. 106 = 1. 1012 ton

carbon tegakan = 5. 1011 ton

carbon akar = 0,5/3 x 5.1011 = 0,83 . 1011 ton

Carbon di tanah = 21,5/3 x 5.1011 = 35,83 . 1011 ton

Banyak karbon yang terlarut = ( 0,83 . 1011 ton + 35,83 . 1011 ton )x 47%
= 1,72302. 1012ton

Carbon hasil pembakaran = 5. 1011 ton x 53% = 2,65. 1011 ton

Carbon hasil respirasi = 1,72302. 1012ton x 50% = 8,6151 . 1011 ton

Banyaknya Kontribusi lahanbasah = 2,65. 1011 ton + 8,6151 . 1011 ton

= 1,12651 x 1012 ton


2. Penguapan DAS = 5 . 108 x (100% - 10%)

= 5 . 108 x 90%

= 4,5 . 108 m3/bulan

Penguapan presipitasi = 1. 109 x ( 100% - 20%)

= 1. 109 x 80%

= 8 . 108 m3/bulan

Banyaknya air yang terlepas melalui:

* Evaforasi = 4,5 . 108 m3/bulan + 8 . 108 m3/bulan = 1,25 . 109 m3/bulan
* Evavotranspirasi = 1/3 x 1,25 . 109 m3/bulan = 0,4167 . 109 m3/bulan

3. Model Matematika soal no.1

* Y = 53% a + 50% b

= 53%( 50% X) + 50% ( 47% (a + b ))

= 53%( 50% X) + 50% ( 47% ( 0,5/3( 50% X) + 21,5/3( 50% X)))

= 0,265 X + 0,0196 X + 0,842 X

= 1,1266 X

Keterangan :
Y = Kontribusi Lahan Basah

X = Biomassa tegakan

Model Matematis soal no.2

* Y = X1 + X2
* Z = 1/3 Y = 1/3 ( X1 + X2 )

Keterangan :
Y = banyak air yang terlepas melalui evaforasi

X1 = penguapan pada DAS

X2 = penguapan pada prepitasi

Z = banyak air yang terlepas melalui evavotranspirasi

Jumat, 01 Mei 2009

PENGENALAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH

TUGAS PENGENALAN LINGKUNGAN LAHAN BASAH

Lahan Basah di Desa Tungkaran Kecamatan Martapura

Lahan basah didefinisikan sebagai suatu daerah payau, gambut dan perairan yang alami maupun buatan, lahan tetap maupun sementara dengan perairannya yang mengalir atau tergenang, tawar, agak asin maupun asin dan termasuk di dalamnya wilayah laut yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut. Fungsi wetland antara lain sebagai pengendali banjir, sebagai sumber mata air, berperan penting dalam pengelolaan gas rumah kaca (terutama karbon dioksida) dan penyangga dampak perubahan iklim, menjaga keanekaragaman hayati, sebagai tempat pariwisata dan rekreasi karena keindahan alam serta keanekaragaman tumbuh-tumbuhannya. Selain itu Wetlands memberikan berbagai manfaat kepada manusia lainnya dalam bentuk produk yang dapat dimanfaatkan untuk manusia gunakan. Kisaran besar adalah: buah-buahan, ikan, kerang, rusa, daging buaya dan lainnya, Resins, kayu untuk bangunan, fuelwood, reeds untuk thatching dan tenun, makanan untuk hewan, dll.

Salah satu lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan yaitu lahan basah yang terdapat di Desa Tungkaran Kota Martapura Provinsi Kalimantan Selatan. Desa ini terletak pada koordinat dengan garis Lintang Selatan 30 37’ 22, 8” dan Lintang Utara 1140 42’ 09, 2”. Jenis lahan basah yang terdapat di desa ini berupa daerah rawa yaitu tanah yang rendah dan digenangi air dan biasanya banyak terdapat tumbuhan air. Penggenangan air di rawa dapat bersifat musiman ataupun permanen.

Desa Tungkaram Kabupaten Banjar merupakan salah satu desa yang cukup berkembang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya rumah-rumah penduduk yang berada di desa tersebut. Selain itu, di desa Tungkaran juga terdapat pembudidayaan ikan atau tambak ikan yang cukup banyak. Sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan selatan adalah lahan basah atau lahan gambut. Dari hasil survei yang kami lakukan di desa Tungkaran tersebut terdapat suatu wilayah lahan basah terbuka yang berbentuk rawa. Di daerah ini terdapat berbagai macam tanaman yang dapat tumbuh di satu tempat, antara lain :

1.Teratai rawa (Nymphaea lotus)

Teratai dibudidayakan di perairan dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Tanaman air ini tumbuh tegak. Dengan rimpang yang tebal dan bersisik, serta tumbuh menjalar. Daun dan bunga keluar langsung dari rimpangnya yang terikat pada lumpur di dasar kolam atau rawa. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan.

2. Eceng Gondok ( Eichhornia crassipes)

Eceng gondok merupakan salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ekstrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium dan berperan dalam menangkap polutan logam berat dan residu pestisida.

3. Purun tikus (Eleocharis dulcis)

Purun tikus merupakan tumbuhan khas lahan rawa yang banyak ditemui pada tanah sulfat masam dengan tipe tanah lempung atau humus. Tanaman purun tikus ini dapat dikatakan bersifat spesifik lahan sulfat asam karena sifatnya yang tahan terhadap keasaman tinggi (pH 2,5-3,5). Oleh sebab hal tersebut, tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi indikator untuk tanah sulfat asam.

Menurut hasil pengamatan yang telah saya lakukan di daerah tersebut maka saya dapat mengetahui bahwa ternyata tanaman Eceng gondok dapat mempercepat pendangkalan danau atau pun sungai yang dihuninya. Lumpur yang tersangkut di akar tanaman terapung itu ditambah dengan penguapan di permukaan yang dipercepat akan mengakibatkan air menipis. Jadi, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju penyerapan air yang dilakukan oleh enceng gondok adalah jumlah enceng gondok, volume air yang ada di daerah rawa tersebut dan waktu.

Dalam hal ini kita dapat menggunakan perhitungan dengan model matematika dengan persamaan :

Volume rawa = Volume awal – Volume yang diserap enceng gondok

Volume yang diserap enceng gondok = Jumlah enceng gondok . Waktu

Volume rawa = Volume awal – Jumlah enceng gondok . Waktu

Vr = Va – Vs

Vs = a . b . y

Vr = Va – (a . b. y)

Keterangan ;

Vr = Volume rawa

Va = volume awal

Vs = Volume yang diserap enceng gondok

a = jumlah enceng gondok

b = lamanya waktu

y = jumlah volume air yang diserap enceng gondok per batang per minggu

Tabel Pengamatan Penyerapan Air oleh Enceng Gondok







Va (L) Vs = a.b. y(L) Vr (L)

1000000 1000.1.1 999000

1000000 1000.2.1 999000

1000000 1000.3.1 999000

1000000 1000.4.1 999000

Jadi , dalam waktu 1 minggu dapat diperkirakan enceng gondok dapat menyerap air di rawa sebanyak 1000 L per 1000 batang enceng gondok atau 1 L per minggu per batangnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwaJadi , dalam waktu 1 minggu dapat diperkirakan enceng gondok dapat menyerap air di rawa sebanyak 1000 L per 1000 batang enceng gondok atau 1 L per minggu per batangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam waktu 1000 minggu atau 250 bulan, air dalam rawa tersebut akan habis jika tidak ada air hujan yang turun. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi karena siklus air di muka bumi selalu menyebabkan volume air di bumi tetap